Beranda > Pengalaman > Dilematisme Angkot dan Supirnya

Dilematisme Angkot dan Supirnya

Angkot Dago-BIP

Angkot Dago-BIP

Angkot seperti yang kita sama-sama rasakan, sangat berguna dan menjadi pahlawan bagi mahasiswa dan masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Terutama untuk mencapai tempat yang sangat jauh cukup murah dan efisien dibandingkan menyewa jasa taxi ataupun bus kota.

Angkot dalam sehari-harinya banyak berseliweran di kota-kota dan desa-desa. Kadang biaya yang dikeluarkan untuk jarak dekat Rp. 1ooo dan jauh bisa 2000 atau lebih. Dan angkot cukup nyaman dibandingkan bus.

Namun ada sisi jelek dari angkoters yang kadang harus dirasakan dan dialami oleh penumpang angkot. Mereka, para supir angkot dan kompeni2nya, adalah orang yang telah menjadi keras dididik oleh alam dan kehidupan yang sangat keras. Mereka tidaklah berpenghasilan besar seperti layaknya supir bus damri dan primajasa. Dan mereka harus fokus ke orang-orang yang berseliweran di pinggir jalan. Kadang sampai stres berat menunggu penumpang yang tak kunjung naik saat ngetem di pinggir jalan. Dan itu dirasakan setiap hari dari pagi sampai malam. Begitu keras hidup seorang supir angkot.

Nah, masuk ke inti.

Pertama-tama aku ingin mengucapkan salut kepada supir angkot yang super sabar dalam menjalankan tugasnya. Salut bagi mereka yang masih bisa tersenyum dan ramah serta sopan dalam bertutur kata.

Tapi… ada beberapa supir angkot yang sangat aku tidak sukai.

Pernah pengalaman dulu saat malam aku harus pulang ke Jatinangor dari Bandung. Kalau sudah malam tidak ada kendaraan Damri yang parkir di depan UNPAD DU. Aku aku harus mengambil trip perjalanan dari DU naik angkot Caheum-Ciroyom ke Cicaheum lalu dilanjutkan naik bus Babon (Bandung-Cirebon) ke Jatinangor.

Saat aku naik angkot yang Cicaheum-Ciroyom, supir angkot nya menyebalkan. Dia bukan tipe penyabar. Dia marah disepanjang waktu dan menggerutu. Saat ada mahasiswa yang naik lalu turun lagi karena gak jadi, dia marah minta ampun. Aku jadi gak suka dengan dia. Dia suka ngebut sampai kadang jantung hampir shock. Mengeluh saja kerjanya sepanjang waktu. Menerima bayaran kalau kurang marah2.

Ada lagi beberapa supir angkot yang cukup menyebalkan, dan ini sangat banyak dan marak ngetrend di seluruh kota di Indonesia. Mereka sering kali meminta bayaran agak lebih tinggi dari biasanya, walaupun gak semua supir angkot seperti itu. Saat aku naik angkot dengan rute yang sama dengan di atas, yang harusnya aku bayar Rp. 2000 saat aku kasih uang Rp. 5000 dia mengembalikan uang hanya Rp. 2000. Aku sudah dirampok Rp. 1000.

Dan hari ini aku mengalami hal yang sama. Saat dari BIP ke Simpang Dago seharusnya bayarannya Rp. 1500, eh dia mintanya Rp. 2000. Aku bilang, biasanya 1500 dulu. Katanya, ya kan dulu sekarang beda! Padahal dulu yang kumaksud adalah beberapa minggu yang lalu.

Beberapa attitude negative dari supir angkot di kota tempat aku berada sekarang:

1. Suka berbicara dengan logat dan bahasa daerah nya yang kasar.

2. Suka ngetem lama banget, gak ngerti dengan kebutuhan penumpang dan etika bisnis.

3. Suka emosian.

4. Suka markup biaya.

5. Suka teriak2 kalau ketemu temannya yang di angkot lain.

6. Sebagian suka merokok saat nyetir, gak sadar sedang merusak paru-paru penumpangnya.

Kenyamanan penumpang dalam bisnis transportasi adalah prioritas utama. Dan itu adalah mutlak.

Kategori:Pengalaman Tag:, ,
  1. April 14, 2009 pukul 7:34 pm

    ahahaha…
    kalo ngetem lama, kan ada istilah: anda butuh waktu, kami butuh uang. jadi ya mutualisme aja. kalau kita tau penghasilan bersih mereka kang,, miris banget. saya punya tetangga, dia jadi kenek. nah, kan bagi 2 tuh sama supir. rata2 bersih buat diawa pulang tu sehari 15rb. kalo lagi sepi malah bisa 5 ribu. istrinya kalau sore nunggu suaminya pulang bawa uang. klo engga, ya mereka sore dan besok pagi ga ada nasi. kalau damri kan supir di gaji pemerintah, jadi mereka ga perlu kejar setoran.

    yang paling ngeselin tu yang ngamen. waktu itu naik damri. nah, yang ngamen tuh pake kendang. sakit banget ke kuping, malah kalau saya ga tegur, bisa2 gendang telinga saya pecah. pas saya bilang jangan kenceng2,, eh dia malah bilang: kalau ga mau berisik mah jangan naik damri neng.

    ngeselin banget. wong saya bayar kok naik damri. argh!!! tapi males juga sih ribut-ribut. huff

    • Arie
      April 14, 2009 pukul 11:03 pm

      Hahahahahahaha…
      Iya sih… kadang aq mikir juga gitu. Cuma kalau sambil marah2 kan justru menjauhkan rezeki.
      Hmmm… ngamen di bus tuh yang paling enak dulu ada yang main jazz di bagian depan bus. Enak banget….

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan Balasan ke almahira Batalkan balasan